10 Hal yang Perlu Dipersiapkan Calon Ayah





Ay Lovers, Persiapan untuk menyambut seorang anak ke dunia tentu membutuhkan banyak perhatian, mulai dari kesiapan mental hingga kantong. Sejak kehamilan mulai biasanya para orangtua sudah sibuk membaca buku atau bertanya pada orang lain tentang segala hal yang harus dipersiapkan.

Namun, sumber informasi yang membahas persiapan kelahiran anak seringkali berfokus pada kesiapan ibu. Padahal, peran seorang ayah dalam menyambut bayinya juga tidak bisa dianggap remeh. Saat calon ibu berjuang sekuat tenaga untuk melahirkan si bayi, si calon ayah-lah yang perlu mengurus perencanaan logistik dan memastikan semua proses berjalan lancar.

Jika Anda dan pasangan tengah menantikan kelahiran si buah hati, simak 10 hal yang perlu dipersiapkan seorang calon ayah:

1. Bersiap kehilangan banyak waktu bebas

Jika Anda dan pasangan sudah sepakat untuk mempunyai anak, Anda pun harus bersiap dengan segala konsekuensinya. Hidup Anda berdua akan berubah drastis saat si kecil lahir – waktu tidur yang berkurang, sedikit atau bahkan tidak ada waktu untuk bersenang-senang, dan sebagainya. Untunglah Tuhan memberi waktu sembilan bulan bagi calon orangtua untuk menyesuaikan diri, kan?
Nikmati masa-masa pra-kelahiran ini dengan baik, karena Anda tidak akan memilikinya saat si kecil lahir. Banyak pasangan suami-istri yang memilih melakukan liburan romantis alias babymoon ke negara yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Tidak salah, sih, selama Anda memastikan bahwa kondisi keuangan keluarga tidak akan terganggu karena perjalanan ini. Ingat bahwa akan ada banyak pengeluaran di masa mendatang.

2. Biaya sejak istri positif hamil

Kehamilan bukan hal yang murah. Oleh karena itu, lakukan perhitungan rinci sejak bayi dalam kandungan hingga selepas kelahiran. Ini termasuk biaya cek kandungan ke dokter, pembelian vitamin, sampai dengan susu ibu hamil. Saat istri sudah dinyatakan positif hamil, sudah terlambat untuk mengambil asuransi melahirkan, maka hal yang bisa Anda lakukan ialah mengencangkan ikat pinggang selama sembilan bulan ke depan.

Kenyataannya, Anda akan selalu merasa kekurangan uang. Setelah si kecil lahir, Anda tidak akan membeli baju selama setahun, Anda akan berpikir untuk mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, seperti langganan TV kabel, keanggotaan gym, golf, dan sebagainya. Sebagai gantinya, Anda akan merogoh dompet untuk membeli tempat tidur bayi, car seat, stroller, dan popok. Jika Anda atau istri memperoleh fasilitas tunjangan melahirkan dari kantor, manfaatkan sebaik mungkin sehingga jumlahnya maksimal.


3. Pengetahuan tentang kehamilan dan bayi

Semakin Anda mengerti tentang perkembangan kehamilan, semakin Anda bisa ikut berperan aktif dalam menjaga istri Anda dan memahami segala perubahan emosinya yang tak menentu. Selain itu, Anda juga akan semakin mudah untuk mempersiapkan biaya yang dibutuhkan selama masa kehamilan.

Menurut situs Bidanku.com, jumlah pemeriksaan pada ibu hamil berlangsung sebanyak empat kali, yaitu sekali saat trimester pertama, sekali saat trimester dua, dan dua kali saat trimester ketiga. Tentu saja jumlah pemeriksaan juga bergantung pada kondisi ibu dan anak; jika kondisi keduanya normal maka aturan di atas berlaku.

 Umumnya, pemeriksaan ibu hamil ditujukan untuk mengetahui kesehatan ibu, kondisi janin, serta ada atau tidaknya keabnormalan dalam kehamilan. Biaya konsultasi kehamilan cukup beragam tergantung dari rumah sakit dan dokter yang dituju, tapi umumnya sebesar Rp 100.000-Rp 300.000 per kunjungan. Biaya ini mencakup konsultasi dokter, dan belum termasuk pemeriksaan tambahan seperti ultrasound (USG), tes darah atau urin jika memang diperlukan.

Anda juga harus berpikir mengenai biaya persalinan yang dibutuhkan. Saat ini, biaya persalinan normal di rumah sakit berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 30 juta – tergantung dari rumah sakit dan kelas kamar yang dipilih. Jika istri harus menjalani operasi Caesar, biaya yang dibutuhkan mencapai sekitar Rp 14 juta hingga Rp 49 juta. Bagi mereka yang memilih proses melahirkan di dalam air (water birth), baru beberapa Rumah Sakit di kota-kota besar yang melayaninya, misalnya di RSIA Bunda Jakarta. Biayanya berkisar antara Rp 7 juta-Rp 15 juta. Pilih cara melahirkan yang paling aman dan terjangkau oleh Anda. Jangan lupa sediakan anggaran ekstra sebesar 10%-20% untuk membiayai hal-hal tak terduga.


4. Perubahan gaya hidup

Cara paling sederhana untuk mengatur keuangan Anda ialah dengan mengalokasikannya ke dalam tiga bagian, misalnya 50% untuk pengeluaran dasar (makanan, transportasi, listrik, dan lain-lain), 30% untuk cicilan dan tabungan (termasuk investasi), serta 20% untuk bersenang-senang. Jika saat istri hamil Anda berdua belum memiliki dana darurat, gunakan 9 bulan ke depan untuk mengumpulkannya – bahkan kalau perlu dengan kerja sambilan atau bisnis rumahan.

Selama beberapa saat, Anda mungkin perlu mengambil biaya pengeluaran tak terduga dari biaya “bersenang-senang”. Demi alasan itu pula, Anda juga perlu mengubah gaya hidup. Ini saatnya mengurangi kegiatan makan di luar, hobi nonton di bioskop, atau berbelanja.

5. Beli barang-barang yang akan mempermudah hidup

Meski Anda perlu berhemat, tidak ada salahnya jika Anda mulai membeli beberapa barang atau peralatan rumah tangga yang berguna mengurangi kerepotan serta memperlancar aktivitas sehari-hari, misalnya:
  • Jika istri biasanya memasak, Anda tidak bisa mengharapkan ia tetap rajin memasak di awal-awal kelahiran si bayi. Buat Anda yang tidak bisa memasak sendiri, belilah microwave untuk mempercepat kegiatan memanaskan sarapan dan semacamnya.
  • Sebuah penyedot debu compact tanpa kabel (cordless hand vacuum) yang memudahkan kegiatan bersih-bersih. Alat yang satu ini akan berguna saat anak mencapai usia balita dan gemar mengotori rumah sepanjang hari.
  • Lihat kondisi mobil Anda saat ini – jika ternyata keadaannya membutuhkan perbaikan, jangan tunda lagi! Anda akan merasa lebih tenang jika mengendarai mobil dalam kondisi prima saat bersama si kecil. Jika Anda belum memiliki mobil, diskusikan dengan istri tentang kemungkinan berpergian setelah si kecil lahir.

6. Perlengkapan bayi dan ibu untuk persalinan

Bayi Anda tentu memerlukan banyak perlengkapan mulai dari popok hingga botol susu, karena itu ringankan pekerjaan istri dengan membuat daftar belanja untuk bayi. Jika tenyata ada barang yang bisa diturunkan dari keluarga, misalnya stroller dan mainan, jangan segan untuk memintanya.

Menjelang akhir trimester ketiga, sebaiknya Anda dan istri mulai menyiapkan semua keperluan bayi yang nanti dibutuhkan pada saat kelahiran tiba. Lakukan belanja barang-barang seperti pakaian bayi, gurita, tisu, selimut, bedak, sarung tangan dan kaos kaki bayi, perlengkapan mandi, popok, perlak, dan sebagainya dengan tenang sehingga Anda sempat membandingkan harga. Siapkan juga perlengkapan untuk istri sesuai kebutuhannya – dari mulai bra untuk menyusui, pembalut pasca persalinan, hingga alat make-up. Kemudian, masukkan ke dalam satu tas yang bisa dibawa dengan cepat saat hari kelahiran tiba.


7. Dana perawatan bayi

Setelah anak lahir, Anda harus segera mempersiapkan sederet kebutuhan dasarnya, seperti imunisasi, cek kesehatan, dan sebagainya. Tak hanya itu, sederet keperluan harian seperti popok, pakaian, vitamin, serta asupan makanan bergizi untuk ibu menyusui juga perlu Anda perhitungkan. Anda akan terkejut mengetahui banyaknya popok serta pakaian bayi yang perlu diganti setiap hari!

Idealnya, dalam masa ini Anda menyisihkan pendapatan sebesar 10%-20% setiap bulannya agar memiliki dana khusus untuk kebutuhan anak dan ibu. Jika memungkinkan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan akan memperkuat kekebalan tubuh anak, sekaligus lebih hemat dibandingkan membeli susu formula (sufor).

8. Rencana kontrasepsi setelah melahirkan

Di masa kehamilan, Anda dan pasangan sebaiknya berkonsultasi kepada dokter tentang kontrasepsi sebagai upaya untuk mengatur jarak kelahiran. Pasalnya, jarak kehamilan yang terlalu dekat bisa meningkatkan resiko bagi ibu dan si bayi – dari mulai kelahiran prematur hingga keguguran. Menurut Bidanku.com, jarak kehamilan yang disarankan ialah antara 18-48 bulan sejak dari persalinan sebelumnya.

Ada alat kontrasepsi (KB) yang bersifat hormonal dan non hormonal – pemilihannya tergantung dari kenyamanan pribadi dan apakah si ibu menyusui bayi atau tidak. Pada beberapa wanita, ovulasi terkadang terjadi sebelum menstruasi pertama pasca persalinan. Oleh sebab itu, sebaiknya tidak sepenuhnya bergantung pada Metode Amenore Laktasi (MAL) atau metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif.


9. Pembagian keuangan dan tugas setelah bayi lahir

Meski laki-laki adalah kepala keluarga, biasakan untuk mendiskusikan segala pengambilan keputusan yang berhubungan dengan keuangan keluarga bersama pasangan.
Jika saat ini istri bekerja, buat kesepakatan apakah pengeluaran bayi dibagi dua atau ada aturan lain. Selain itu, jika kedua orangtua bekerja, Anda mungkin perlu menyiapkan biaya untuk mempekerjakan babysitter atau nanny

Jika istri Anda adalah ibu rumah tangga, bicarakan tentang alokasi penghasilan pasca kelahiran si kecil, serta kesediaan Anda untuk berbagi pekerjaan rumah tangga dengannya. Diskusi semacam ini juga akan memperkecil kemungkinan cekcok di kemudian hari.


10. Ingat bahwa Anda bukan orangtua "cadangan", melainkan seorang ayah

Meski Anda tidak akan menjadi pusat perhatian untuk waktu yang lama, Anda tetap seorang pasangan yang memiliki hak dan tanggung jawab sama besarnya dengan seorang ibu. Kedua orangtua akan berbagi tugas dalam membesarkan seorang bayi kecil sehingga menjadi pribadi yang baik, sehat dan layak hidup mandiri.
Oleh karena itu, jangan terpengaruh nasehat dari orangtua atau teman-teman Anda sendiri yang menyarankan Anda untuk menyerahkan urusan anak kepada istri. Dedikasi dan kasih sayang Anda sebagai seorang ayah pasti akan membuahkan hasil yang membahagiakan.


Cek Berita Lainnya http://cinta-damaikan-dunia.blogspot.com/

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More