10 Pertanyaan Soal Uang yang Perlu Anda Tanyakan Sebelum Menikah




Ay lovers, Pernikahan adalah hal yang indah. Ketika dua orang mengambil komitmen untuk berbagi hidup dalam sebuah ikatan pernikahan, tidak ada salahnya untuk berdiskusi tentang masa depan yang akan dijalani bersama.

Jika Anda berencana untuk menikah dalam waktu dekat, buatlah prioritas untuk menanyakan hal-hal seputar pengelolaan uang berikut ini kepada pasangan Anda – tentunya dalam kondisi yang santai dan menyenangkan, sehingga Anda bisa melihat jawaban dan responnya yang jujur:

1. “Berapa jumlah yang akan kita sisihkan untuk ditabung tiap bulan?”

Mesti terdengar sepele, orang memiliki kebiasaan menabung berbeda-beda. Dengan mengetahui jumlah penghasilan gabungan dan alokasi dana untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk ditabung, Anda dan tunangan bisa merencanakan agar uang tersebut kelak dibungakan secara maksimal; apakah didepositokan atau diinvestasikan dalam bentuk emas, reksa dana, saham, dan sebagainya.

Dari jawabannya, Anda juga bisa mengetahui apakah si dia termasuk tipe hemat atau boros, serta apakah ia senang mengambil resiko dalam berinvestasi atau bermain aman dalam mengelola investasinya.

2. “Berapa jumlah yang akan kita berikan ke orangtua setiap bulan?”

Subyek yang satu ini cukup sensitif dan bisa meledak kapan saja, oleh sebab itu perlu dibicarakan jauh-jauh hari sebelum pernikahan. Bagi kebanyakan orang Asia, memberi kepada orangtua adalah sesuatu hal yang “wajib” dilakukan saat anak mulai menerima penghasilan tetap. Hal ini sah-sah saja, selama tidak memicu pertengkaran. Tidak ada salahnya Anda dan pasangan menyepakati jumlah dan batasan tanggungan yang diberikan ke masing-masing pihak orangtua.
Jangan sampai suatu ketika, suami merasa keberatan ketika Anda menggunakan penghasilan gabungan milik bersama untuk membiayai orangtua umroh atau pergi berlibur.


3. “Apa kesalahan terbesar yang pernah kamu lakukan dengan uangmu?”

Saat menikah, kita mencintai pasangan apa adanya – si dia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Dalam sebuah hubungan yang sehat, kedua pihak tidak berusaha menyembunyikan masa lalu atau kesalahan yang pernah dibuat untuk menjaga “image”.


Cobalah berbagi pengalaman dengan si dia tentang mengelola uang. Anda pun akan tahu apakah ia dulu pernah berutang, mengalami kebangkrutan, atau terlibat masalah karena uang. Tujuannya bukan untuk saling menghakimi, tapi untuk mencari solusi dan memastikan kesalahan yang sama tidak terulang.
Salah satu ciri yang perlu Anda waspadai ialah kebiasaan berutang yang berlarut-larut, serta kebiasaan berbohong tentang uang. Jika pasangan Anda menunjukkan perilaku ini, coba minta bantuan pihak ketiga, seperti seorang perencana keuangan atau mentor yang mengenal Anda berdua dengan baik.




4. “Apa target keuanganmu setelah menikah? Bagaimana kalau itu nggak tercapai?”

Sebelum Anda bertemu dengan si dia, Anda mungkin sudah memiliki bayangan tentang masa depan atau rencana yang ingin Anda wujudkan saat menikah atau menghabiskan masa tua kelak. Berbagilah tentang angan-angan tersebut kepada pasangan, dan tanyakan hal yang sama kepadanya.


Dari sana, Anda bisa menarik garis tengah dan melihat sejauh mana Anda dan dia mau berkompromi untuk satu sama lain. Target keuangan yang tidak tercapai bisa memicu rasa frustasi jika dua orang memiliki ekspektasi yang berbeda. Anda tentu tidak ingin menjalani hidup sambil terus membawa impian semu, bukan?

5. “Kapan kita ingin punya anak? Seberapa penting bagi kamu untuk punya anak?”


Anak adalah kebahagiaan terbesar, bagi sebagian orang. Pasangan yang sudah memiliki anak cenderung mendorong pasangan menikah lain untuk punya anak, karena itu sesuai dengan norma yang dianut oleh masyarakat.
Kenyataannya, tidak semua pasangan siap atau menginginkan seorang anak. Bisa saja salah satu menginginkan anak, sementara yang lain belum siap dengan segala konsekuensinya. Anda bisa membicarakan hal ini saat Anda dan pasangan melakukan cek kesehatan pranikah. Perencanaan kehamilan yang baik juga akan memudahkan perencanaan keuangan Anda, misalnya jika Anda ingin mengambil asuransi untuk membiayai persalinan.


6. “Bagaimana pembagian kerja kita nanti seandainya punya anak?”


Saat ini, peran wanita sebagai seorang ibu rumah tangga bukan lagi sesuatu yang mutlak. Persamaan hak dan tuntutan jaman telah menempatkan wanita sebagai pencari nafkah yang setara dengan pria. Oleh karena itu, pria pun layak mengambil peran dalam mengurus kegiatan rumah tangga sehari-hari.
Jangan takut untuk membicarakan hal-hal yang kurang nyaman, misalnya seperti siapa yang akan mengurus anak saat Anda dan suami pergi kerja, atau seperti apa pembagian tugas di rumah sepulang kerja.

7. “Apakah kita puas dengan kualitas hidup yang kita jalani saat ini? Jika tidak, bagaimana kita akan meningkatkannya?”

Cari tahu apakah pasangan Anda memiliki tujuan yang sama dalam hal peningkatan kesejahteraan hidup. Jika ia saat ini tinggal sendiri dan sering lupa membayar tagihan atau mengurus dirinya sendiri, tanyakan apa penyebabnya. Jika saat ini pasangan Anda bekerja sebagai seorang karyawan, tanyakan apa tujuan karirnya. Jika ia saat ini tinggal dengan orangtua, tanyakan apa penyebabnya dan bagaimana ekspektasinya setelah menikah nanti.
 

Banyak orang merasa kecewa saat menuntut perubahan pada pasangannya setelah menikah. Kenyataannya, perubahan hanya bisa terjadi dengan motivasi kuat yang datang dari diri sendiri. Sebuah pernikahan yang dijalani oleh dua orang dengan visi dan tujuan yang sama akan memiliki kemungkinan bertahan lebih lama.



8. “Apakah kamu akan terus berusaha mencapai tujuan dan mimpimu setelah menikah?”

Pernahkah Anda bertemu dengan teman-teman semasa sekolah dulu dan menyadari perubahan diri mereka? Tanpa disadari, kita semua berubah dari waktu ke waktu. Pengalaman, musibah, kesuksesan, kegagalan akan membentuk karakter kita saat beradaptasi dengan hal-hal di sekitar kita.
 

Pernikahan bukan sepenuhnya akhir dari keberadaan dua pribadi, karena ada bagian dari diri kita yang tidak akan pernah berubah – dan itulah yang membuat kita merasa hidup. Pastikan pasangan Anda tetap berusaha mencapai mimpinya setelah menikah dan mendorong Anda untuk meraih mimpi-mimpi Anda. Bagaimanapun, kepribadian itulah yang membuat Anda dan dia saling jatuh cinta, kan?

9. “Apakah kita akan menampung orangtua di hari tua mereka?”

Kembali ke urusan orangtua, tidak ada salahnya untuk sedikit berandai-andai meski kini kedua orang tua Anda sangat sehat dan tidak membutuhkan dukungan finansial Anda. Waktu akan mengikis kesehatan serta vitalitas seseorang, karena itu tanyakan diri sendiri apa yang akan Anda dan suami atau istri Anda lakukan kelak jika salah satu pihak orangtua jatuh sakit atau butuh perhatian lebih di hari tua mereka?


10. “Seperti apa perencanaan pensiun kita kelak?”

Di Indonesia, kesadaran untuk merencanakan pensiun terbilang rendah dibandingkan negara-negara tetangga yang lebih maju, seperti Singapura dan Malaysia. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan perusahaan asuransi, misalnya, terungkap bahwa masyarakat masih memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang biaya perawatan kesehatan. Intinya, masyarakat masih memiliki kecenderungan konsumtif dan malas memikirkan tentang masa depan.
Bicarakan tentang perencanaan pensiun sedini mungkin dengan pasangan Anda. Dengan begitu, kelak Anda berdua bisa menikmati hari-hari tua tanpa harus bergantung pada anak atau cucu.

Kita tahu bahwa tidak ada orang yang sempurna, karena itu Anda atau pasangan bisa saja tidak mampu menjaga janji-janji di atas. Namun, selama Anda dan dia berjanji untuk melakukan yang terbaik untuk menjadi pasangan yang hebat bagi satu sama lain, itu menjadi salah satu fondasi kokoh bagi pernikahan Anda kelak.


Cek Berita Lainnya http://cinta-damaikan-dunia.blogspot.com/

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More